Kekhawatiran Masih Menyelimuti Seantero Jagat

Kekhawatiran Masih Menyelimuti Seantero Jagat

Kekhawatiran Masih Menyelimuti Seantero Jagat - Kekhawatiran masih menyelimuti seantero jagat akibat penyebaran wabah virus corona. Virus yang awalnya berpusat di Kota Wuhan, China tersebut telah menelan korban jiwa sebanyak lebih dari 500 orang.

Terkait virus corona yang begitu meresahkan, Indonesia menghentikan penerbangan ke China mulai Rabu, 5 Februari 2020. Hal ini adalah salah satu keputusan dalam rapat terbatas yang dipimpin Presiden Joko Widodo di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta pada Minggu, 2 Februari 2020.

Sebagai upaya mencegah penyebaran virus corona, Bandara Internasional Soekarno-Hatta untuk sementara waktu juga menunda layanan penerbangan dari Jakarta ke sejumlah kota di China.

Selain itu, pendatang yang tiba dari daratan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan sudah berada di sana selama 14 hari untuk sementara tidak diizinkan masuk dan transit di Indonesia. Kebijakan selanjutnya adalah pemberian fasilitas bebas visa kunjungan dan visa on arrival untuk warga negara RRT yang bertempat tinggal di daratan RRT untuk sementara dihentikan.


Lalu, pemerintah meminta warga negara Indonesia untuk sementara tidak melakukan perjalanan ke daratan China. Di sisi lain, wabah virus corona telah memberi pengaruh luar biasa, tidak terkecuali dengan industri pariwisata Indonesia.

Dampak virus corona yang 'mengguncang' pariwisata Tanah Air turut disampaikan oleh Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani.

"(Dampaknya) berat dan drop, per tahun ada 1,5 juta turis China. Kalau seperti ini, potensi hilang. Banyak yang tidak pergi dan membatalkan, dampaknya signifikan," kata Hariyadi saat dihubungi Liputan6.com, Rabu, 5 Februari 2020.

Di tengah situasi terdesak seperti ini, Hariyadi menyampaikan alternatif pengganti absennya turis China bukan hal yang mudah. Jadi tantangan untuk tetap bertahan.

"Strateginya membuat paket-paket yang murah bekerja sama dengan airlines dengan rate kompetitif," tambahnya.

Meski potential loss dan revenue menurun, dikatakan Haryadi, tidak boleh pesimis dan tetap terus mencari jalan untuk berupaya bertahan.

"Turis asing (difokuskan) seperti dari Australia, Selandia Baru, Middle East, Asia Tengah, Uzbekistan. Yang penting kerja sama pemerintah, pelaku usaha.

Wabah virus corona juga berdampak besar bagi para pemandu wisata. Tidak terkecuali dengan mereka yang menjadi anggota dari Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Tanjungpinang, Kepulauan Riau.

"(Dampaknya) besar, HPI dari dunia guide dapat keluhan dari 40 persen anggota yang handling tamu Tiongkok, di mana wisatawan berkurang," kata Raja Muhammad Syafarullah, Ketua DPC HPI Tanjungpinang kepada Liputan6.com, Rabu, 5 Februari 2020.

Farul, begitu ia akrab disapa, menyebutkan pihaknya fokus dengan tamu domestik, regional, dari Singapura, dan Malaysia. Namun, tak sedikit dari wisatawan tersebut ragu hingga membatalkan perjalanan ke Tanjungpinang.

Penurunan jumlah wisatawan, khususnya dari Tiongkok, mulai terasa di akhir Januari 2020. Namun, puncaknya saat perayaan Imlek, di mana seharusnya yang menjadi masa panen bagi para pramuwisata, karena virus corona, mereka terpaksa gigit jari.

Menurut Farul, berdasarkan data yang dihimpun, pada Januari 2019 terdapat setidaknya 13 ribu wisatawan Tiongkok yang mengunjungi Tanjungpinang. Penurunan terasa di Januari 2020, di mana ada 10 ribu turis Tiongkok yang pelesir.

"Para turis Tiongkok awalnya biasanya ke pantai-pantai di Bintan. Setelah 3--4 hari, baru mereka ke arah kota. Mereka ke daerah pecinan di Senggarang ke Klenteng Besar dan di Tanjungpinang ke vihara "Patung Seribu"," jelasnya.

Rencana sebagai strategi mengisi kekosongan turis Tiongkok adalah dengan fokus pada pasar domestik, spesifiknya pada anak-anak sekolah, warga lokal Kepulauan Riau atau Tanjungpinang.

"Stateginya membuat paket wisata edukasi di sini dan tematik. Memperkenalkan warisan Budaya Melayu, ke Kota Lama, warisan peninggalan Belanda.

Posting Komentar

0 Komentar